Senin, 18 Desember 2017

Tiup di RS Gunung Sawo Semarang

Hai bundaaa

Dalam kiriman ini saya akan share mengenai pengalaman Hidrotubasi saya, atau yang lebih sering kita sebut tiup.

Baiklah langsung saja ini dia,


Tiup Pertama

Jadi tanggal 21 Maret 2017 saya sudah melakukan HSG, hari berikutnya, 22 Maret 2017 saya dan suami membawa hasilnya ke praktek Erlangga untuk konsul dengan dokter Lilien. Dokter Lilien mengatakan saya harus melakukan tiup sebanyak dua kali karena saluran tuba saya agak sempit. Hari itu juga saya mendapat rujukan untuk tiup bulan April dan diresepkan obat pereda nyeri (analtram) seperti yang saya dapat ketika akan melakukan HSG.


Seperti halnya HSG, tiup harus dilakukan ketika mens telah selesai namun masa subur belum tiba. Kebetulan hari pertama mens saya tanggal 3 April 2017, dan saya menjalani tiup di hari ke-11 siklus tepatnya tanggal 13 April 2017. Oiya bunda, baik akan melakukan tiup maupun HSG pasien diwajibkan telepon minimal sehari sebelum tindakan untuk mendaftar yaa, karena akan ada pembatasan pasien jika terlalu banyak pasien yang sudah mendaftar.


Singkat cerita saya tiba di RS. Gunung Sawo untuk menjalani tiup. Berangkat diantar suami yang dinas di RSUP Dr. Kariadi (deket kan yaaa). Tapi sayangnya suami sedang ada tugas yang tidak bisa ditinggal. Alhasil saya menjalani tiup pertama sendirian.

Sambil menunggu dokter Lilien datang, saya minum dulu obat anti nyerinya. Ketika nama saya dipanggil, jantung sudah mulai dag dig dug. Sampai didalam ruang periksa, langsung disuruh berbaring di matras periksa. Seperti biasa kolposkopi terlebih dahulu untuk membuka si ms.V. Saya berharap rasanya akan tidak terlalu sakit karena saya sudah minum obat pereda sakitnya. Tapi saat prosesnya berlangsung, Masyallah, sakitnyaaaaaaaa tak tertahankan. Saya sampe nangis-nangis sambil nyebut-nyebut sebisa saya. Karena saya tidak ditemani suami, tidak ada tangan yang bisa saya genggam. Beruntungnya saya, suster yang saat itu menemani dokter Lilien pengertian dan memegangi tangan saya. Pegangan saya semakin kencang dengan rasa sakit yang semakin saya rasakan. Saya yakin suster yang baik itu juga merasa kesakitan karena tangannya saya remes sekuat-kuatnya.. Tapi mau bagaimana lagi, memang sakitnya luar biasa. Dan rasa sakit itu harus berlangsung dua kali karena ada dua saluran tuba, kanan dan kiri. 


Setelah rasa sakit yang teramat sangat, saya diperbolehkan berbaring dulu beberapa saat. Saat saya bisa bangun, suster memberi saya pembalut karena memang setelah tiup, kita akan berdarah seperti  menstruasi, dan itu berlangsung kurang lebihnya tiga hari, dan itu normal.


Perut rasanya nyeri luar biasa ketika saya keluar dari ruangan, untuk jalan saja susah (lebaiiiii). Saya telepon suami untuk segera jemput saya, dan memulangkan saya karena badan ini rasanya ingin dibaringkan. Sebenarnya sih rencananya saya akan ikut suami ke kantornya dan menghabiskan waktu dengan wifian sampai jam pulang kantor. Tapi ternyata diluar rencana. Saya harus pulang.


Tiup Kedua

Tiup kedua seharusnya dilakukan bulan Mei, tapi karena ketika tiba jadwal saya tiup dokter Lilien sedang cuti, jadi tiup saya tertunda. Barulah tanggal 6 Juni 2016 saya menjalani tiup kedua saya. Sudah masuk bulan puasa, jadi saya libur puasa dulu karena harus minum obat sebelum tiup.
Rasanya tiup ya sama seperti yang pertama, bedanya kali ini saya ditemani suami. Tapi ditemani suami pun tidak mengurangi rasa sakit yang luar biasa itu. Hehehee… piiis ya sayang…
Tapi kali ini kan doi lihat seperti apa isterinya menahan sakit, berjuang untuk menjadikannya seorang ayah. Huhuhuuu jadi terharu. Xixixiiii…


Seperti tiup sebelumnya setelah itu saya pulang, dan itulah terakhir kali saya treatment dengan dokter Lilien. Jika bulan depan pembuahannya berhasil ya Alhamdulillah, namun jika belum berhasil saya memutuskan untuk rehat dulu promil dokter dan mencoba promil secara tradisional saja (selain pijat perut).


Karena cerita ini saya tulis bulan Desember, singkat cerita, pembuahan belum berhasil. Dan saya promil sendiri hingga saat ini. Apa saja yang saya lakukan.???
akan saya jelenterehkan di kiriman berikutnya yaaa…
Salam owek-owek bunda……. Semangat selaluuuu




Oiya, ini saya sertakan rincian biaya tiup pertama dan keduanya bunda...

Tiup pertama :
-Jasa dokter                                                        : 250.000
-Administrasi                                                     :   35.000
-Hidrotubasi / Tiup                                            : 500.000
-Obat              : analtram (untuk tiup ke-2)        :  12.400
                         gitas plus 9 X                            :  73.800
                         eturol       30 X                          : 234.000
                         viccilin injection                       :   16.300
                         dexamethasone 5mg 2X           :     9.200
-Jasa pelayanan resep                                        :     3000
Total biaya tiup pertama Rp. 1.133.700

Tiup kedua  :
-Jasa dokter                                                         : 250.000
-Administrasi                                                      :   35.000
-Hidrotubasi                                                        : 500.000
-Obat             : spasmomen fc tab 5 X                :   51.000
                        dalfarol 200 30 X                        : 138.000
                        viccilin injection                         :   16.300
                        indexon injeksi                           :    31.600
- Jasa pelayanan Obat                                         :     2.000
Total biaya tiup kedua Rp. 1.023.900

Rabu, 13 Desember 2017

HSG dengan Dokter Hermina di RS. Gunung Sawo Semarang

HSG bulan apa disharenya bulan apa. heheheee... gapapa ya bunda, insyallah tetep bermanfaat.
singkat cerita, karena sudah tiga kali siklus minum obat penyubur dan obat-obat yang lain bersama suami tetapi hasilnya masih nihil, maka ketika kontrol dengan dokter Lilien di praktek Erlangga pada tanggal 15 Maret 2017 saya diberi rujukan untuk melakukan HSG di RS. Gunung Sawo dengan dr. Hermina. HSG itu sendiri merupakan tindakan untuk mencari tahu apakah saluran tuba itu lancar (bahasa medisnya: paten) atau terdapat sumbatan (non paten). Untuk info lengkap mengenai HSG bisa di search sendiri yaaa heheheee…


HSG harus dilakukan ketika mens sudah berhenti dan sebelum memasuki masa subur. Jadi saya dijadwalkan melakukan HSG di hari ke-11 dihitung dari hari pertama mens. Tepat pada tanggal 21 Maret 2017 pagi saya dan suami berangkat ke RS. Gunung Sawo. Kebetulan suami disarankan untuk melakukan analisis sperma di hari yang sama, jadi sekalian suami ijin satu hari kerja. Analisis sperma dilakukan kira-kira jam 11.00, dan hasilnya bisa diambil jam 14.00. sedangkan HSG akan dilakukan jam 16.00. Karena hari itu dr. Hermina ada keperluan, beliau baru datang kira-kira jam 17.20. Sambil menunggu dokter, saya diminta untuk tes urin dengan test pack, agar benar-benar yakin bahwa saya tidak sedang dalam kondisi hamil.


Proses HSG yang saya jalani mungkin memakan waktu sekitar 10 menit saja. Pertama pasien diberi baju ganti seperti baju untuk orang yang akan operasi. Pakaian wajib di lepas semuanya, hanya mengenakan baju ganti. Kemudian berbaring dengan posisi kaki seperti akan melahirkan atau posisi litotomi (kalau tidak salah). Dan dimulailah proses HSG.


Menurut saya pribadi, perasaan tidak nyaman hanya terjadi ketika proses awalnya saja. Terasa sedikit nyeri waktu cocor bebek (alat kolposkopi) dimasukkan untuk membuka area V, tapi itu sudah biasa. Setiap kontrol pasti dapet treatment itu. Dr. Hermina juga tanya apakah saya sudah minum obat pereda nyeri yang diresepkan dr.Lilien, tentu sudah saya minum. Proses selanjutnya ya pasti proses HSG donk. Selama proses berlangsung dokter dan asistennya akan terus berinteraksi dengan pasien, menanyakan apakah merasa sakit atau tidak, apakah merasa mulas, dan berusaha membuat pasien merasa relax.

Ketika ditanya apakah sakit ataukah mulas, jawaban saya adalah TIDAK. What?! Tidak sakit.??!!
Ya. Saya merasa agak aneh, karena berdasar artikel atau share pengalaman yang saya baca, HSG itu sakit, but actually, it’s truly no pain. Saya hanya disuruh miring kiri miring kanan untuk mengalirkan cairan HSG. Terus disuruh pipis kalo ga pengen pipis ya pokoknya di pipiskan entah ada yang keluar atau tidak. Kemudian saya berbaring lagi dengan posisi kaki lurus biasa untuk kemudian difoto.
Setelah itu, selesai. Bisa pakai baju lagi, tapi ditambah pakai pembalut. Hasilnya bisa diambil satu atau dua jam kemudian saya agak lupa. Intinya HSG dengan dr. Hermina di RS Gunung Sawo itu NYAMAN dan jauh dari rasa sakit / mulas, asal mengikuti anjuran dokter terutama minum obat penghilang nyeri.

Hasil HSG berupa photo rongent dan diagnosa dari dokter Hermina. Hasil itu harus dibawa ke dokter obsgyn untuk mendapatkan penanganan.
Alhamdulillah, tuba saya dinyatakan paten, tapi dokter Lilien bilang itu agak sempit jadi perlu dua kali tindakan hidrotubasi atau istilah awamnya "ditiup". tentang tiup akan saya share di kiriman selanjutnya, insyallah secepatnya.

Yang sedang promil dan sampai pada tahap harus melakukan HSG, tenang saja, HSG hanya satu proses ikhtiar kita untuk melengkapi bahtera cinta bersama suami. Insya Allah jika kita ikhlas, akan terasa ringan. Dan dengan semua proses yang kita lalui untuk memiliki momongan, kelak kita akan lebih menghargainya, lebih menyayanginya, dan lebih bersyukur memilikinya. Doa kita semua semoga proses panjang itu membuahkan anak-anak yang sholeh sholehah. Aamiin ya Rabbal ‘Alaamiin..


Berikut rincian biaya HSG di RS. Gunung Sawo : 
- administrasi 35.000
- kartu periksa (karena pertama kali periksa disana) 10.000
- test urin (test pack) 30.000
- HSG 850.000
-jasa dokter saya FREE, mungkin karena dr. Hermina atasan suami di radiologi RS Kariadi :-P 


Demikian cerita HSG saya, semoga bermanfaat ya bagi bunda semua yang juga sedang promil,,
Salam owek-owek bunda… hehehee....